Jumat, 18 Desember 2015

Alasan seseorang menyukai Manchester City.


Oooooo City we love you !!!


Klub sepakbola dan fans adalah bagian tak terpisahkan. Mereka bak madu dan racun, suami dan istri, pacar dan selingkuhan, ya, seperti itu. Terlalu banyak nama yang harus dijabarkan jika kita harus menyebutkan fans klub sepakbola di seluruh dunia. semua orang punya tim favoritnya masing-masing. Alasan seseorang mendukung tim sepakbola juga beragam. Karena ada tiga hal yang paling banyak di dunia ini; Pasir di pantai, air di lautan serta alasan seseorang.  
Bicara  mengenai fans sepakbola -khususnya di Indonesia- ada dua jenis fans yang bisa digolongkan secara umum. Fans tim lokal dan fans tim luar. Untuk tim lokal, kita bisa dengan mudah mendeskripsikan fans jenis ini. Misalnya, Sukri tinggal di Jakarta dan suka sepakbola Indonesia, sudah pasti Sukri akan diberikan pilihan mau mendukung Persija atau Persitara. Hal ini lumrah terjadi karena Sukri memiliki kedekatan geogrfis dengan kedua tim tadi. Namun Sukri juga memiliki opsi lain dengan tidak mendukung kedua tim yang dijabarkan diatas. Bisa saja Sukri mendukung Persipura. Semua sah-sah saja, terserah Sukri.
Bagaimana untuk fans tim luar? Terlalu banyak alasan yang berbelit-belit dan kadang tak masuk akal untuk mendukung tim luar negeri. Kita tak punya kedekatan geografis seperti halnya contoh kasus Sukri tadi. Anda yang sudah menonton Green Streen Hooligan bahkan mendalaminya lebih jauh. pasti akan menyukai West Ham United ataupun Milwall. Apapun alasan anda menyukai West Ham atau Millwall selain dari menonton Green Street (dan Paolo di Canio, untuk West Ham), argumen anda tidak akan valid. Anda yang mengagumi Gianfranco Zola sudah pasti suka Chelsea. Anda yang menonton film triologi Goal dengan Santiago Munez-nya, sudah pasti ada hasrat untuk segera menjadi Geordies dan mendukung Newcastle United. Terakhir, jika anda adalah tipikal orang yang senang bernostalgia mengenai manisnya masa lalu, Merseyside merah adalah destinasi yang tepat untuk anda dukung. banyak lagi alasan-alasan lain diluar hal-hal yang sudah dijabarkan di atas.
Dengan pemaparan tersebut, saya akan coba menafsirkan mengapa seseorang menyukai Manchester City, yang notabene merupakan tim luar. Untuk yang satu ini, ada beberapa tafsiran yang bisa membuat sentimen anda, para the Cityzen, semakin tinggi kepada saya. Saya cukup resah bila seseorang dengan pongahnya menepuk dada dan seraya melontarkan “saya fans Manchester City.”  Berikut adalah beberapa alasan yang membuat seseorang menjadi fans MCFC:
1.      Oasis
Ini adalah hal terabsurd yang pernah mampir ke pikiran saya. Silogismenya mungkin seperti ini, “Jika saya fans Oasis, maka saya juga fans Manchester City.”  Kita semua tahu bahwa Gallagher bersaudara adalah fans City jauh sebelum tim ini ditemukan orang Thailand dan Arab. kita juga tahu bagaimana kebencian mereka terhadap United. Tak yang terhitung pula bagaimana mereka mempromosikan tim medioker ini dengan meneriakan “oh manchester” di sela pertunjukannya. Atau bagaimana Liam maupun Noel dengan anggunnya bahu membahu memakai jersey City dalam pentas bersama Oasis ataupun sesi foto untuk majalah atau juga dokumentasi pribadi. Atau bagaimana Oasis menyelesaikan konser megahnya pada 1996 di Maine Road. Semua hal ini  mereka lakukan agar orang yang suka Oasis turut berpartisipasi mendukung City. Maka yang terjadi kemudian adalah anda yang suka Oasis kemudian menjadi fans Manchester City adalah korban promosi masif yang dilakukan Gallagher Bersaudara selama beberapa tahun terakhir. Anda terjebak dalam kesadaran dan realitas yang mereka ciptakan. Benar kan?
Oh iya satu lagi, Jika mengulang silogisme absolut “Saya fans Oasis, maka saya juga fans Manchester City.” Maka saya boleh saja menulis begini, “Saya suka Stone Roses/Blur, maka saya juga suka United/Chelsea.” Lantas, jika Saya suka Stone Roses namun saya suka Manchester City, Anda mau apa? Anda belum tahu Stone Roses? Anda kurang piknik.
2.      Klub Kaya Baru
Tidak perlu merasa sungkan untuk hal satu ini. Dalam sepakbola, apapun bisa diraih dengan sekejap jika modal awal membangun kesuksesan adalah uang. Kita sudah cukup tahu bagaimana manisnya perjalanan Chelsea menuju satu dari tim terbaik di inggirs. Sokongan dana tanpa batas dari Roman Abramovic membuat Chelsea yang awalnya menjadi sampah kota London bertransformasi menjadi klub sepakbola yang menawarkan gaji besar kepada setiap bintang yang hendak singgah. Dengan uang, Chelsea bisa merasakan kembali juara liga yang hampir setengah dekade hilang dari radar, piala FA, Capital One Cup, piring cantik bernama Community Shield bahkan si kuping besar Liga Champions juga sudah mampir ke lemari piala di Stanford Bridge. Hal inilah yang membuat para investor kaya mau menyuntikan dananya untuk membangun klub sepakbola menjadi kekuatan baru di liganya masing-masig. Pasca Chelsea, Manchester City kebagian jatah untuk menjadi sesuatu. City sudah dua kali diakusisi oleh pengusaha dataran Asia. yang pertama bisa dibilang kurang sukses. Di era Thaksin, City dikenal sebagai spesialis penggedor bursa transfer namun masih nihil prestasi. Pada akusisi kedua, City mampu merajai Inggris raya selama beberapa musim terakhir. Semua gelar prestis di ranah ratu elizabeth sudah mampir ke lemari piala di Etihad. Untuk liga champions? Ah lupakan saja. Saya malas membicarakannya. Mungkin suatu hari City akan meraihnya. Silahkan tunggu sendiri. hal ini juga yang pastinya membuat anda senang mendukung Manchester City. Karena city adalah kekuatan baru, karena City adalah anti-tesis Manchester United, ah tapi kedua argumen itu patah oleh argumen ketiga, karena City adalah tim kaya baru yang siap membuat anda berdebar saat bursa transfer dibuka, dan sibuk berdebat mengenai relevan atau tidaknya seorang bintang yang tengah bersinar mendarat di City of Manchester.
3.      Pemain Bintang
Siapa yang tidak suka saat pemain bintang merapat ke klub idolanya? Jika ada yang berkata “tidak” mereka adalah fans yang mencintai klub tanpa peduli siapa pemain yang keluar masuk. Namun jarang sekali ada orang macam ini di ranah sepakbola modern. Hampir setiap tim di seluruh dunia memiliki satu pemain yang overrated dari pemain lainnya. Namun, bagaimana jika hampir seluruh posisi di starting Line up diisi oleh pemain berlabel bintang? Chelsea, Real Madrid, United dan Barcelona sudah melakukannya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mendukung tim yang penuh bintang bukan? Karena prestasi yang akan didatangkan hanya tinggal menunggu waktu. Tunggu apalagi? Segeralah dukung Manchester City yang penuh bintang itu. dan mulailah berekspektasi bermacam-macam tentang kesuksesan yang akan mereka raih dikemudian hari. Mendukung City akan menjadi investasi menarik bagi anda untuk debat kusir bersama football snob lainnya.
4.      Playstation
Jika anda playstation freak yang menyukai game bergenre sepakbola seperti PES dan FIFA, anda akan sangat senang dengan tipikal pemain yang memiliki kecepatan di segala lini, akurasi tembakan yang baik, serta pertahanan yang memupuni. Manchester City punya segala hal yang ditawarkan di atas. Anda bisa memenangkan pertarungan dengan teman anda di Playstation dengan menggunakan Manchester City. Dan anda juga bisa mendukung klub asal Manchester tersebut via Playstation sesegera mungkin. Bahkan anda juga bisa membawa City mewujudkan angan-angan anda seperti mendatangkan Messi, Ronaldo, Bale, John Stones, Ryan Marhez atau James Vardy dan –bahkan- Liga Champions via Master League. Tak usah perdulikan status pemain home ground, karena Master League di PES atau Be A Manager di FIFA tak mengenal hal tersebut. Segera mainkan gamenya sampai mata anda mengalami trip yang panjang.
5.      Pemain Tampan
Dengan dana yang tak terbatas pasca take over dari pengusaha timur tengah, Manchester City bisa mendatangkan pemain bintang sekaligus mempunyai branding kuat bagi tim maupun bagi fansnya. Kita bisa lihat pesepakbola yang mungkin cocok bermain dalam serial Hollywood daripada bermain bersama Manchester City. Ada beberapa pemain (baik yang masih maupun telah hengkang dari the Eastlands) yang memiliki wajah rupawan. Sebut saja Sergio Aguero, David Silva, Adam Johnson, Matija Nastasic, Edin Dzeko, Samir Nasri, Joey Barton (untuk satu ini, saya masih agak menyangsikan ketampanannya), Adam Johnson, Kevin de Bruyne, Wayne Bridge, Vedran Corluka dan tentu saja Joseph Hart. Hal ini mungkin membuat anda -para wanita- menyukai sebuah tim yang berisikan pemain rupawan. Tanya saja fans Chelsea, para fans perempuannya senang menjurus orgasme kecil saat melihat wajah Oscar, Hazzard dan lain sebagainya. Perempuan selalu histeris melihat ketampanan dan maskulinitas pesepakbola. Bahkan seorang DJ perempuan yang cukup terkenal di Indonesia mengaku menyukai Manchester City karena ada sosok Joseph Hart di dalamnya. Ini yang mungkin membuat pertimbangan besar mengapa banyak perempuan menyukai sepakbola (walaupun saya yakin masih ada perempuan di luar sana yang benar-benar tulus mencintai sepakbola tanpa melihat aspek ketampanan yang pemain). Jika tidak percaya, silahkan survei sendiri persentase perempuan penyuka manchester City yang membuat namesheet dari nama yang saya sebutkan di atas ketimbang membubuhkan nama dan nomor punggung atas nama Yaya Toure, Vincent Kompany atau bahkan Jolien Lescott.

Rabu, 15 April 2015

Pasca Derby Manchester: Kesenangan, Oasis dan Pertarungan Anak SD

Hay Setan, Hay Burung
Jika anda adalah seorang pemadat sepakbola, ada beberapa hal yang menyenangkan untuk dilihat dari sepakbola itu sendiri. anda yang glory hunter tentu akan senang jika melihat tm yang anda dukung meraih banyak piala dengan waktu singkat. Anda yang gemar menganalisis tentu akan sangat senang jika mendapatkan bahan analisis melalui medium sepakbola dengan menyelipkan beberapa perspektif serta tori-teori sosial untuk memperkuat analisis sepakbola anda – terkadang, tulisan sepakbola biasanya hanya dituliskan secara receh di media massa- Anda yang seorang kolektor tentu akan bahagia memiliki memorabilia dari ranah sepakola seperti jersey, pernak-pernik klub kesayangan, bahkan rumput stadion akan menjadi koleksi yang tak ternilai harganya jika dibandingkan dengan batu akik yang sedang happening belakangan ini. hal-hal tersebut akan menyenangkan bagi anda secara pribadi.

Bagi saya, tak ada yang lebih menyenangkan daripada menyaksikan sebuah laga derby dalam sepakbola. derby, sebagaimana dituliskan oleh yang maha tahu, wikipedia, adalah sebuah pertandingan tim yang memiliki rivalitas sengit antar kedua tim. Biasanya derby bisa berskala lokal, nasional maupun internasional. Ada banyak partai derby yang populer. Misalnya derby della capitale yang mempertemukan Lazio – Roma. Della Madonnina (Inter-Milan) Der Klassiker (Ajax – Feyenoord) Old Firm (Celtic – Rangers) El Classico (Madrid – Barca) Northside (United – Liverpool) hingga sebuah laga yan harus disaksikan sebelum anda meninggalkan dunia fana ini, Derby Super Classic, yang mempertemukan Boca Juniors dan River Plate. Pertarungaan Super Classic sendiri diidentikan dengan pertarungan entis Italia (Boca) dan Spanyol (River), serta pertaruhan kelas sosial. Ngeri.

Dari sekian banyak derby yang sudah disebutkan di atas, ada sebuah derby yang menarik perhatian saya, setidaknya sampai hari ini. pertandingan antara Manchester United melawan Manchester City. Derby ini tadinya bukan apa-apa pada masa lampau. Dulu, United terlalu superior untuk City. Setan merah bahkan selalu direpresentasikan sebagai tim terbaik di Britania Raya (bahkan dunia). Hal ini bisa dilihat dari banyaknya gelar yang menghiasi ruang piala di Old Trafford serta banyaknya bintang-bintang dunia yang merumput disana sebut saja Erick Cantona, Jaap Stam, Peter Smicheels, Andy Cole, Dwright Yorke dan generasi emas Class of 92. Jangan lupakan juga sosok tua bangka yang handal meracik strategi dan membuat United selalu lapar gelar, Alex Champman Ferguson.

Sementara City selalu tengelam dalam bayang-bayang itu. Tak ada yang bisa dibanggakan dari tim ini. prestasi nihil, kerap turun naik antar divisi seperti yoyo. Sungguh tidak mengenakan untuk dibicarakan di warung kopi bersama teman-teman. Satu-satunya hal yang membuat nama City menjadi “agak” terkenal ialah berkat Gallagher bersaudara dari kelompok musik Oasis. Secara kebetulan, Oasis sendiri merupakan salah satu band yang cukup digandrungi pada medio pertengahan tahun 90 hingga awal milenium. Jika tak percaya, anda bisa mengecek penjualan album mereka sepanjang rentang tahun tersebut. Berkat sorotan yang cukup banyak dari media massa pada saat itu, Oasis - dalam hal ini Noel dan Liam- mencoba memperkenalkan klub kesayangannya kepada para penggemarnya, melalui berbagai cara.

Pada beberapa kesempatan, mereka kerap kali mengenakan kostum the sky blues, baik dalam aksi pangung maupun sesi foto. Bahkan di sebuah konser bertajuk Familiar to Millions pada tahun 2000an, Liam Gallagher meneriakan “Oh Manchester” kepada ribuan pasang mata di Wembley. Teriakan tersebut disambut oleh sebagian orang yang memakai jersey City disana. Padahal, saat konser itu diselenggarakan. Manchester City tak ubahnya tim medioker yang tengah mencari stabilitas posisi di papan klasmen. Namun Liam nampak tak peduli dengan apa yang terjadi dengan the Eastland saat itu.

Adalah ketekunan dan popularitas Gallagher bersaudara mempromosikan Manchester Biru pada setiap kesempatan yang akhirnya membuat sebagian fans Oasis rela “dibabtis” sebagai fans City. Walaupun jumlahnya tak terlalu signifikan, minimal Gallagher bersaudara telah memberikan sesuatu yang luar biasa saat klub kesayangan mereka sedang dalam kondisi memprihatinkan. Bahkan suatu ketika, saat Noel tengah mabuk berat pada medio 2000an, ia menginginkan City membeli Paolo Maldini agar timnya bisa meraih sukses. Jika perlu, ia sendiri yang akan turun bernegoisasi dengan salah satu legenda AC Milan itu. adakah yang kurang dari kecintaan Gallagher’s pada City?

Seiring berjalannya waktu, tuhan menunjukan keadilannya. Ia memberikan hadiah yang cukup istimewa bagi klub yang kental dengan aroma biru langit ini. tuhan meletakan Thaksin Shinawatra untuk membangun fondasi City yang kian tak jelas. Thaksin dengan cekatan membangun tim yang hampir roboh itu perlahan-lahan. Ia membeli beberapa pemain untuk dijadikan pilar klub. Ia juga mendatankan beberapa juru racik demi menstabilkan permainan tim. Hasilnya ? City merangsek sedikit demi sedikit ke papan tengah.

Kucuran uang dari Thaksin jugalah yang memberikan sedikit bumbu pada derby manchester di awal-awal kepemimpinan eks perdana menteri Thailand itu. saya masih ingat bagaima lesatan Elano Blumer bersarang dengan manisnya di sisi gawang Edwin Van Der Sar. City menang tipis 1-0. Namun kemenangan akan terasa spesial. Karena  yang mereka tundukan adalah Manchester United.

Sejak pertandingan itu, saya selalu menganggap derby manchester menjadi salah satu derby yang patut untuk disaksikan. Karena ada dua hal sederhana yang akan tersaji disana. City ingin membuktikan mereka mampu memberikan perlawanan kepada United. Sementara United ingin memberitahu dunia bahwa hanya ada satu tim di Manchester. Persaingan kedua tim semakin memanas saat Sheikh Mansour mengakusisi City dari tangan Thaksin. Ia menggelontorkan ratusan juta pounds demi mendatangkan kesuksesan bagi sisi biru Manchester. Hasilnya bisa dibilang cukup memuaskan. City berhasil menjuarai dua gelar Liga Inggris. Satu piala FA, satu Piala Liga dan piring cantik bernama Community Shield dalam rentan waktu lima tahun terakhir setelah Mansour tak pernah lelah membuka rekeningnya untuk City.

Kedigdayaan City dalam beberapa tahun kebelakang, pada akhirnya membuat United mengakui adanya rivalitas diantara mereka. Bahkan jika dirunut tiga tahun ke belakang, united agak kurang menggigit jika tampil di Teater Impian. Mereka kandas tiga kali oleh si tetangga berisik. Salah satunya dengan skor yang cukup membuat mereka tercengang, 1-6. Skor tersebut terjadi pada saat Ferguson masih melatih United. Anda bisa bayangkan wajah bacoonnya saat united dikalahkan dengan skor sebesar itu oleh tim yang dianggapnya sebagai tetangga berisik. Hal itu sudah dipastikan akan menganggu psikologis Fergie sampai ia mengalami sakaratul maut di ujung usianya.

 Selepas pensiunnya Fergie dari sepakbola, United seperti kehilangan arah. Para pemainnya saat itu bak ayam kehilangan induknya. Lihat saja bagaimana performa Van Persie dan kolega semenjak tak ada sosok yang sering mengunyah permen karet selama 27 tahun di sisi lapangan. David Moyes ditunjuk oleh Fergie pribadi sebagai suksesornya di teater impian. Moyes memang memberikan banyak kontribusi bagi United musim kemarin. Salah satunya dengan membiarkan City mendouble United dalam pertandingan kandang maupun tandang di ajang Liga Inggris. United terperosok ke peringkat ketujuh. Sementara City berhasil meraih double winner di akhir kompetisi.

Pertarungan uang jelas terasa sekali saat United dan City dikaitkan satu sama lain. Lihat saat awal musim United mendatangkan Angel di Maria, yang mana transfernya memecahkan rekor transfer tertinggi untuk Liga Inggris. Selain itu, United juga mendatangkan Radamel Falcao dari As Monaco dengan status pinjaman. Harga peminjaman tersebut dipredisksikan beberapa sumber mencapai lebih dari sepuluh juta poundsterling. Belum lagi jumlah uang yang dikeluarkan untuk memuluskan kedatangan Ander Herrera, Marcos Rojo dan Daley Blind. Padahal, ini bukanlah United yang biasanya kita tahu. United tudak pernah membelanjakan uang sebesar musim ini pada beberapa tahun belakangan. United ruins the football.

Sementara itu, City juga mendatangkan beberapa pemain untuk melapisi pertahanan mereka yang kian tergerus usia Eliaquim Mangala, Fernando Reges dan Bachari Sagna merapat ke Carrington. Khusus Mangala, City gagal dalam bursa transfer musim panas lalu. lihat saja bagaimana kontribusi mereka untuk tim. bisa dibilang agak mengecewakan. mengingat dana yang dikeluarkan cukup besar. Belum lagi pemain anyar yang didatangkan di Transfer Window Januari macam Wilfried Bony, ia hanya mencetak sebutir gol. Itupun kala melawan WBA.

Jika anda gemar berhitung. Coba kalkulasikan berapa total harga pemain dari kedua kesebelasan tersebut. Walaupun sebenarnya konteks rivalitasnya masih tergolong sangat minim: Menguasai Manchester. Dua puluh dua orang yang anda lihat di lapangan saat keduanya beradu taktik memiliki bandrol yang cukup untuk menyelenggarakan Liga Indonesia selama puluhan tahun kedepan. Derby kedua tim ini cukup mahal diantara derby-derby lain di Britania Raya.  Hanya laga El Classico yang mampu menyaingi besarnya harga pemain yang berlaga di Derby Manchester.

Kakalahan City dari United pada super Sunday lalu juga memberikan warna baru. United masih mampu menggigit City walaupun hanya sekali dalam lima pertemuan terakhirnya di Old Trafford. United dibawah asuhan Van Gaal memang lebih menyenangkan. Mereka mampu memberikan perlawanan bagi City. Setidaknya kekalahan di Etihad pada pertemuan pertama mampu dibalas. Kini United sudah berada di atas City dengan torehan empat poin lebih banyak.

Sialnya saya tak mendapat sesuatu yang spesial berupa baku hantam antar pemain dan panasnya tensi pertandingan minggu kemarin. Tak etis rasanya melihat sebuah derby tanpa adegan perkelahian. Sama saja seperti anda meletakan sayur oyong untuk disantap bersama nasi putih pada saat dinner bersama orang terkasih. Hambar.

Jika boleh diklasifiasikan. Super Classic adalah pertarungan antar orang dewasa. Old Firm adalah perkelahian anak SMA. El Classico adalah pertarungan anak SMP. Derby manchester sendiri adalah pertarungan antar anak SD yang masih ingusan karena tensinya belum cukup besar dibandingkan yang lain. Namun siapa tahu klasifikasi ini akan berubah seiring berjalannya waktu.

Kamis, 19 Maret 2015

Apakah anda sedih dengan performa City musim ini? Saya tidak.

Menangislah...bila harus...menangis (Dewa 19 - Air Mata)
Saya rasa, tak ada tim “besar” yang menyedihkan selain Manchester City musim ini. setelah memenangi double winner musim lalu, performa the Eastlands cukup merosot tajam. Mereka gugur di Capital One Cup, serta harus merasakan magisnya kutukan FA Cup setelah disingkirkan Middlesbrough di babak ketiga. Liga Inggris? Satu tangan Chelsea sudah menggengam gelar ini. Untuk Liga Champions, City sudah kalah dengan agregat 1-3 oleh Barcelona semalam, sekaligus memastikan tak ada wakil Inggris yang di perempat final UCL 2014/15. Saya rasa, anda yang ngefans banget The Citizen akan memunculkan pertanyaan besar. Ada apa dengan City musim ini ?

Sebagai sebuah tim besar, City belum mampu tampil konsisten di setiap pertandingannya. Memang, mereka mampu mencetak 10 kemenangan beruntun beberapa waktu lalu, tanpa kehadiran Aguero. setelah kemenangan-kemenangan tersebut, performa City beranjak medioker. Kemenangan menjadi sulit diraih. Mentalitas adalah hal yang belum dimiliki pasukan Manuel Pellegrini.

City mungkin adalah tim yang diciptakan untuk menjadi besar. Namun mereka tak bisa menjadi juara setiap kompetisi digelar. Mereka tak sestabil Chelsea, PSG, ataupun Real Madrid. City –menurut saya- hanya dikondisikan untuk memberi warna lain di Manchester, setelah sekian lama terbenam. Bersyukurlah kalian sudah bisa menyaksikan ada warna lain di Manchester selain merah. 

Di pertandingan kontra Burnley minggu kemarin, mereka bermain sangat lambat. Selambat kereta api kelas ekonomi yang selalu berhenti di setiap stasiun. Pellegrini sendiri terlihat menyerah saat pertandingan digelar. Ia kerap duduk bersandar sembari menghembuskan nafas. Dia terlihat seperti pensiunan pegawai negeri yang tengah menikmati hari tua, tanpa secangkir teh, tentunya. Ini bukanlah Pellegrini yang biasanya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Apakah tawaran dari Barcelona membuat hubungannya bersama sisi biru Manchester akan berakhir begitu saja ? Cuma dia yang tahu.

Jika sudah begini, saya hanya memiliki sebuah harapan yang paling realistis musim ini. melihat City berdiri diatas United di papan klasmen liga adalah segalanya. Bahkan melebihi menjuarai piala sekalipun. Hal ini memang terdengar agak absurd. Namun begitulah adanya. Bukankah sebenarnya itulah yang diinginkan para blue Manchunian setelah sekian lama?

Tak memenangi apapun musim ini, terasa begitu memilukan bagi kalian, namun saya tak ambil pusing. Dulu, pada saat City masih berstatus medioker, bukankah mereka juga tak pernah memenangi apapun? Bukankah mereka lebih sering berkutat untuk menghindari degradasi? Saya terkadang cukup iri dengan fans tim-tim yang memiliki kasta dibawah City seperti Newcastle, Lazio hingga Herta Berlin. Mereka berharap tim yang mereka dukung selalu menang, tapi jika tidak menang, tak mengapa.

Menyaksikan City bermain setiap minggunya melalui kotak ajaib bernama televisi adalah sebuah berkah tersendiri untuk saya. Bukankah terlalu berharap akan sesuatu yang tak mungkin bisa menyebabkan hidup terasa menyebalkan? Jangan terlalu berharap City bisa menjadi apa yang kalian inginkan. Jika terus memaksakan keinginan itu, anda bisa mewujudkannya dalam permainan macam Football Manager ataupun bermain Master League di Pro Evolution Soccer dengan mencantumkan nama anda sebagai pelatih pada kolom new game, sederhana bukan?