Kamis, 19 Maret 2015

Apakah anda sedih dengan performa City musim ini? Saya tidak.

Menangislah...bila harus...menangis (Dewa 19 - Air Mata)
Saya rasa, tak ada tim “besar” yang menyedihkan selain Manchester City musim ini. setelah memenangi double winner musim lalu, performa the Eastlands cukup merosot tajam. Mereka gugur di Capital One Cup, serta harus merasakan magisnya kutukan FA Cup setelah disingkirkan Middlesbrough di babak ketiga. Liga Inggris? Satu tangan Chelsea sudah menggengam gelar ini. Untuk Liga Champions, City sudah kalah dengan agregat 1-3 oleh Barcelona semalam, sekaligus memastikan tak ada wakil Inggris yang di perempat final UCL 2014/15. Saya rasa, anda yang ngefans banget The Citizen akan memunculkan pertanyaan besar. Ada apa dengan City musim ini ?

Sebagai sebuah tim besar, City belum mampu tampil konsisten di setiap pertandingannya. Memang, mereka mampu mencetak 10 kemenangan beruntun beberapa waktu lalu, tanpa kehadiran Aguero. setelah kemenangan-kemenangan tersebut, performa City beranjak medioker. Kemenangan menjadi sulit diraih. Mentalitas adalah hal yang belum dimiliki pasukan Manuel Pellegrini.

City mungkin adalah tim yang diciptakan untuk menjadi besar. Namun mereka tak bisa menjadi juara setiap kompetisi digelar. Mereka tak sestabil Chelsea, PSG, ataupun Real Madrid. City –menurut saya- hanya dikondisikan untuk memberi warna lain di Manchester, setelah sekian lama terbenam. Bersyukurlah kalian sudah bisa menyaksikan ada warna lain di Manchester selain merah. 

Di pertandingan kontra Burnley minggu kemarin, mereka bermain sangat lambat. Selambat kereta api kelas ekonomi yang selalu berhenti di setiap stasiun. Pellegrini sendiri terlihat menyerah saat pertandingan digelar. Ia kerap duduk bersandar sembari menghembuskan nafas. Dia terlihat seperti pensiunan pegawai negeri yang tengah menikmati hari tua, tanpa secangkir teh, tentunya. Ini bukanlah Pellegrini yang biasanya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Apakah tawaran dari Barcelona membuat hubungannya bersama sisi biru Manchester akan berakhir begitu saja ? Cuma dia yang tahu.

Jika sudah begini, saya hanya memiliki sebuah harapan yang paling realistis musim ini. melihat City berdiri diatas United di papan klasmen liga adalah segalanya. Bahkan melebihi menjuarai piala sekalipun. Hal ini memang terdengar agak absurd. Namun begitulah adanya. Bukankah sebenarnya itulah yang diinginkan para blue Manchunian setelah sekian lama?

Tak memenangi apapun musim ini, terasa begitu memilukan bagi kalian, namun saya tak ambil pusing. Dulu, pada saat City masih berstatus medioker, bukankah mereka juga tak pernah memenangi apapun? Bukankah mereka lebih sering berkutat untuk menghindari degradasi? Saya terkadang cukup iri dengan fans tim-tim yang memiliki kasta dibawah City seperti Newcastle, Lazio hingga Herta Berlin. Mereka berharap tim yang mereka dukung selalu menang, tapi jika tidak menang, tak mengapa.

Menyaksikan City bermain setiap minggunya melalui kotak ajaib bernama televisi adalah sebuah berkah tersendiri untuk saya. Bukankah terlalu berharap akan sesuatu yang tak mungkin bisa menyebabkan hidup terasa menyebalkan? Jangan terlalu berharap City bisa menjadi apa yang kalian inginkan. Jika terus memaksakan keinginan itu, anda bisa mewujudkannya dalam permainan macam Football Manager ataupun bermain Master League di Pro Evolution Soccer dengan mencantumkan nama anda sebagai pelatih pada kolom new game, sederhana bukan?