![]() |
Cover Album Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif |
Saya pertama membeli kompilasi ini di tahun 2007, ketika
masih duduk di bangku sekolah menengah. Dengan uang saku seadanya, saya membeli
kompilasi super berharga ini dalam format kaset. Saat itu, kasetnya sendiri
berharga Rp 20.000, sebuah harga yang relevan untuk anak SMP macam saya.
Apalagi, saya juga hanya memiliki tape sebagai media player pemutar, cocoklah.
Tak kurang 14 lagu dimainkan oleh artis-artis sidesterm. Ada
beberapa rekan seangkatan Naif dalam industri musik seperti Fable dan Cherry
Bombshell. Rekan-rekan musisi dari almamater Naif, Institiut Kesenian Jakarta
seperti the Adams, Karon n Roll, White Shoes dan Goodnight Electric. Selain
itu, ada beberapa nama lain yang cukup fenomenal di ranah underground lokal
seperti Superglad, Sore, Tika, Icarie, Brandals, Media Distorsi, Monophones,
serta band asal negeri Upin-Ipin, Couple.
Adanya kompilasi ini jelas memberikan stigma bahwa Naif
sudah di cap sebagai legenda musik Indonesia. Bahkan Slank, Dewa, bahkan Gigi
hingga kini belum mendapatkan tribute atas apa yang mereka persembahkan 20
tahun belakangan ini. Inilah yang membuat Naif spesial dari beberapa nama yang
saya sebutkan diatas. Karya yang dihasilkan David, Pepeng, Emil, Jarwo dan
Chandra (dimanapun ia berada sekarang) memang tak pernah bosan untuk di dengarkan
dalam era apapun, oleh siapapun oleh kalangan manapun. Bahkan, jika anda adalah
penikmat musik hingar bingar yang keras dan menyayat telinga. Anda juga masih
bisa membuka celah untuk mulai menyukai David dan kolega.
Albumi ini cukup unik, semua artis yang berpartisipasi
memberikan warna musiknya masing-masing. Mulai dari Pop, Rock, Electronic, Rock
and Roll bahkan hingga Swing/Jazz sekalipun. Semua artis yang tampil seakan
menjadi headline di album ini. Mereka bermain dengan sangat lepas tanpa
menghilangkan esensi dari lagu lama Naif itu sendiri.
Saya cukup
menyayangkan, mengapa lagu Possesif, Towal-Towel, Yts: Ibu, Uang, Johan dan
Enny tak masuk kedalam kompilasi ini. Padahal lagu tersebut cukup membuat saya
tersenyum sungging. Semoga saja akan ada tribute kedua untuk Naif dan para
artis yang berkontribusi membawakan lagu-yang saya sebutkan tadi, semoga hal
tersebut bisa terealisasi.
Tujuh tahun telah berlalu semenjak dirilisnya kompilasi bersejarah
ini. Hingga hari ini, saya masih mendengarkan album ini secara penuh dengan
tape tua saya yang sudah tak bisa diharapkan lagi kejernihan suaranya. Saya
beruntung bisa memilikinya dan menjadi bagian dari sejarah perjalanan Naif.
Naif sendiri juga masih memproduksi album studio hingga hari ini. Namun kini
mereka lebih mengusung tema percintaan. Sebuah tema yang jarang diangkat Naif
dalam karya-karyanya. Sudahlah, saya tak ingin membicarakan album terkini dari
Naif.
Oh iya, mungkin saja tiga tahun lagi, album ini akan dirilis
ulang dalam format Vynil. Bisa saja hal itu terjadi. mengingat kini budaya
vynil tengah marak di kalangan sidesterm. Toh album ini memang layak untuk
dikoleksi dalam format itu. Jika memang jadi dirilis dalam format vynil. Saya
tentu tak bisa membelinya karena keterbatasan sumber daya keuangan sebagai
mahasiswa tingkat akhir yang memprioritaskan membeli tinta printer dan kertas
HVS demi selesainya tugas akhir.