Dalam beberapa waktu terakhir, rasa mual memuncak tatkala
saya mengontak seorang teman lama yang kebetulan pernah satu kantor. Sebut saja
teman saya ini Juki. Juki merupakan seorang pria yang memutuskan untuk menikah
muda. Seingat saya, Juki menikah saat umurnya baru 23 tahun. Ia mendapatkan
istri yang tiga tahun lebih muda darinya. Sebenarnya, Juki mengundang saya
untuk datang ke resepsi pernikahannya. Namun karena satu dan lain hal, saya
berhalangan datang.
Satu tahun, kurang lebih, saya tidak kontak dengan Juki,
saya coba membuka pembicaraan. Awalnya menyenangkan. Kita bertukar kabar, aib-aib baru, ghibah mantan bos dan lainnya. Namun semakin lama saya
muak dengan obrolan kami karena Juki tiba-tiba menanyakan kapan saya menikah dan segera menyusulnya. Jika
anda-anda menganggap pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan standar,
basa-basi dan mungkin memotivasi orang yang belum menikah, anda perlu memasukan
pemikiran anda ke kulkas secepatnya. Sungguh.
Selain Juki, baru-baru ini Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) juga menganjurkan usia menikah yang ideal adalah
21-25 tahun. Mereka beranggapan pasangan dengan rentang usia tersebut sudah
memiliki kesiapan yang matang dari fisik, psikologis untuk menghadapi
kehamilan, melahirkan sampai membesarkan anak. Menyebalkan bukan?
Oi mate,
pernikahan tidak semudah anda sudah memiliki pasangan yang didamba, mengumpulkan uang serta nyali untuk bertemu calon mertua. Ada beberapa faktor menyebalkan yang membuat
saya pribadi dan beberapa rekan dekat, enggan untuk menikah dini. Ada berbagai agenda yang belum selesai. Seperti traveling, mengumpulkan sepatu, makan enak dan lain sebagainya
Jadi, buat apa menikah cepat-cepat saat target belum rampung direalisasikan? Jika
menikah hanya untuk mencari teman hidup, saya cukup yakin anda yang menikah
muda tak punya teman-teman yang menyenangkan untuk sekedar berbagi.
Jika anda menganggap menikah adalah ibadah, benar memang. Namun,
bukankah ada ibadah-ibadah lain terbaik yang bisa dirampungkan lebih dulu dan
diperbaiki kualitasnya misalnya shalat tepat waktu, pergi ke gereja, wihara,
pura dan lain sebagainya. Higga turut aktif menyumbangkan sebagian harta di jalan
tuhan. Selain itu masih banyak lagi hal lainnya bukan selain menikah? Apakah anda-anda
sudah merampungkan dan menyempurnakan ibadah-ibadah tersebut?
Dan, yang terparah, jika anda berpikir menikah muda hanya untuk mengejar
kepuasan batiniah, anda sudah pasti tak tahu cara untuk bersenang-senang dengan mudah,
praktis, tak merepotkan serta tidak mengikat. Amat disayangkan sekali,
komunikasi anda terhadap lawan jenis bisa dipastikan cukup buruk.
Lagipula, seandainya menikah muda memang seindah yang
dibayangkan, mengapa masih banyak mamah muda berkeliaran di setiap tempat dan
feed-feed sosial media lainnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar